Scuba Diving Surabaya  - Aktifitas menyelam bagi penderita asma merupakan topik yang kontroversial. Orang yang memiliki riwayat asma dimasa lalu dianggap sebagai kondisi kontradiktif untuk melakukan diving. Pendapat tersebut baru-baru ini mulai berubah. Banyak Dokter spesialis selam menyatakan bahwa penderita asma bukan mutlak kontradiktif terhadap aktivitas SCUBA diving. Potensi penyelam penderita asma harus dievaluasi secara individu untuk menjabarkan tingkat kebugaran mereka dalam menyelam. Ketika akan memutuskan seseorang bisa menyelam atau tidak, dokter akan mempertimbangkan jenis serta tingkat keparahan asma, riwayat serangan asma semasa hidup, serta apa saja yang dapat memicu serangan asma. Penyelam dengan riwayat asma sebelum memutuskan untuk masuk ke bawah air, harus menemui dokter khusus penyelam dan menjalani pemeriksaan paru-paru secara rutin.


Apa itu asma?

Asma adalah penyakit yang menyebabkan saluran nafas seseorang mengerut ketika menanggapi rangsangan. Penderita dapat mengalami serangan asma secara periodik bila terkena alergi, suhu dingin, atau bisa juga ketika merespon sebuah aktivitas olah raga serta tingkat stres yang berkepanjangan. Asma merupakan penyakit yang sudah umum dalam masyarakat. Penelitian menyebutkan bahwa 7% dari penduduk Amerika Serikat telah didiagnosa menderita asma. Beberapa penderita asma telah menderita penyakit ini semenjak mereka masih anak-anak, sedangkan sisanya menderita asma di kemudian hari.

Mengapa asma bisa menjadi berbahaya ketika melakukan diving?

Seseorang yang terkena serangan asma, saluran pernafasan mereka mengalami kontraksi. Bayangkan sebuah pipa yang menjadi saluran udara menuju ke paru-paru, dan diameter pipa tersebut berkurang ketika terjadi serangan asma. kejadian ini akan mengakibatkan udara tidak bisa mengalir keluar dan masuk secara efisien. Hal ini akan menyebabkan peningkatan resistensi pada pernafasan, dampak paling nyata adalah dibutuhkan usaha yang besar bagi penderita untuk bisa bernafas dengan normal.

Penyelam bernafas menggunakan udara yang terkompres oleh tekanan air. Air yang terkompres lebih padat dibandingkan dengan udara yang ada di permukaan air, hal ini menyebabkan nafas akan terasa lebih berat. Jika bernafas di atas permukaan air diibaratkan dengan menghirup udara melalui pipa, maka menghirup udara di kedalaman akan seperti menghisap madu melalui pipa. Semakin dalam seseorang menyelam, maka semakin padat pula udara yang digunakan untuk bernafas, dan semakin besar pula usaha yang dibutuhkan untuk bernafas.

Pada saat penyelam naik, penurunan tekanan air menyebabkan udara di dalam paru-parunya mengembang. Bagi penyelam yang bukan penderita asma hal ini bukan menjadi masalah, karena udara yang mengembang akan keluar dari saluran udara pada saat menghembuskan nafas. Seorang penyelam yang terserang asma bahkan yang ringan sekalipun tidak akan bisa melepaskan udara secara normal dari paru-paru, hal ini desebabkan oleh saluran udara yang berkontraksi. Udara yang mengembang mungkin saja terperangkap di dalam paru-paru. Sedikit saja terdapat udara yang mengembang dalam paru-paru, bisa menyebabkan dampak yang fatal seperti penyakit dekompresi.

Mengacu pada peralatan yang dipakai, menyelam dibawah laut lebih berbahaya dibandingkan ketika belajar diving di kolam renang. Penyelam tidak bisa semerta-merta menghentikan aktivitas selam dibawah laut atau berhenti sejenak untuk mengkonsumi obat pereda asma.

Apakah asma merupakan kentradiktif mutlak bagi diving?

Jawaban dari pertanyaan diatas adalah tidak. Beberapa orang dengan riwayat asma bisa bebas untuk menyelam. Seseorang yang berpotensial terkena serangan asma, sebelum memutuskan untuk menyelam harus berkonsultasi dengan dokter spesialis selam terlebih dahulu guna menjalani tes kesehatan paru-paru secara rutin serta memahami resiko penyelaman dengan asma.

Apa pertimbangan dokter saat menentukan kebugaran bagi penderita asma ketika akan menyelam?

Beberapa pertimbangan ketika mengevaluasi kebugaran seseorang ketka akan menyelam antara lain adalah, tipe penyakit, frekuensi serangan, pengobatan serta riwayat penyakit asma itu sendiri.
  1. Secara umum, asma yang dipicu oleh latihan fisik, dingin atau stres merupakan kontradiksi mutlak untuk menyelam, karena masing-masing pemicu ini banyak ditemui ketika melakukan penyelaman.
  2. Asma yang dipicu oleh alergi (seperti serbuk atau bulu kucing) dinyatakan masih bisa melakukan aktivitas selam, karena sangat kecil kemungkinan penyelam mengalami alergi dibawah air.
  3. Penyelam yang sedang dalam perawatan untuk mengendalikan penyakit asma tidak harus dilarang menyelam. Beberapa obat pengendali asma telah diijinkan untuk bisa dipakai saat menyelam. Seorang dokter yang akan memberikan ijin penyelaman pasti akan mempertimbangkan jenis dan seberapa efektifnya obat tersebut dalam mencegah serangan asma.

Mengapa tes fisik penting dalam mengevaluasi kebugaran penderita asma ketika akan menyelam?

Pengujian fisik sebelum menyelam sangat penting keberadaannya dalam menentukan kondisi paru-paru serta kebugaran seseorang. Penyelam yang tidak memiliki atau jarang terkena serangan asma bisa saja dinyatakan tidak layak untuk menyelam jika paru-paru mereka lemah atau dalam kondisi yang buruk. Waspadalah dengan dokter yang hanya memberikan jawaban ya atau tidak tanpa melakukan pemeriksaan fisik.

Tes fisik apa saja yang dilakukan dokter untuk mengavaluasi kebugaran penyelam dengan riwayat asma?

Tes yang dilakukan untuk mengevaluasi kesehatan paru-paru penyelam pada umumnya sederhana, antara lain : 
  1. Spirometri : Tes spirometri mengevaluasi fungsi paru-paru dengan pengujian yang dilakukan dengan cara meminta pasien untuk bernafas di dalam mesin. Cara pasien bernafas di dalam mesin adalah infomasi yang dibutuhkan dokter untuk melakukan evaluasi lebih lanjut. Sebagai contoh adalah seseorang mungkin akan diminta untuk menghirup nafas dalam-dalam kemudian mengeluarkan sekeras-kerasnya selama dia mampu.
  2. Tes Peak Flow : Pengujian ini dapat dilakukan dengan menggunakan Spirometer canggih atau bisa juga menggunakan pengukur peak flow meter sederhana. Hasil yang didapat dari pengujian ini mungkin kurang dapat diandalkan dibandingkan dengan variable baterai yang biasanya diujikan dengan spirometer.
  3. Tes Agitasi Bronkial : Terdapat beberapa perdebatan mengenai apakah tes ini harus digunakan untuk mengetahui kebugaran penyelam, karena beberapa dokter menyatakan telah mendapatkan hasil yang positif salah. Didalam tes agitasi bronkial, air garam disedot ke dalam paru-paru dan kemudian menguji variabel-variabel yang diperlukan untuk melihat bagaimana paru-paru bereaksi.
  4. Tes latihan : Baik tes spirometri ataupun peak flow bisa digunakan untuk mengevaluasi subyek sebelum dan sesudah latihan fisik. hal ini membantu para dokter dalam menentukan apakah asma yang diderita disebabkan oleh olah raga
  5. Tes pasca dilator bronkial (Post Bronkial Dilator) : Paru-paru seseorang dapat dievaluasi setelah menggunakan obat pengendali asma, dengan demikian bisa dilihat apakah obat tersebut bekerja dengan efektif atau tidak. Banyak obat asma yang telah mendapatkan ijin untuk menyelam, itupun jika ternyata obat bekerja dengan efektif mengontrol asma.
Jadi, Apakah aman menyelam dengan memiliki riwayat asma?

Tergantung. keputusan menyelam dengan memiliki riwayat asma diambil setelah anda dan dokter melakukan pengujian yang teliti serta mempertimbangkan beberapa faktor yang mempengaruhi asma dalam menyelam. Jika anda ragu, jangan menyelam hingga dokter mengijinkannya. Jika Anda adalah seseorang dengan riwayat asma yang dipicu oleh alergi, berkonsultasilah dengan dokter. Jangan pernah untuk menyelam tanpa pengawasan penyelam profesional. Kunjungi tempat kursus diving surabaya untuk mendapatkan saran bagaimana meyelam dengan aman.


Jika artikel ini bermanfaat, silahkan isikan alamat email Anda untuk berlangganan artikel scubadivingsurabaya.com secara gratis melalui email :